The Journey Is The Destination

Senin, 06 April 2020

Obsevatorium Bosscha, Lembang

Bosscha || Petualangan Sherina

Observatorium Bosscha (dahulu bernama Bosscha Sterrenwacht) dibangun oleh Nederlandsch-Indische Sterrenkundige Vereniging (NISV) atau Perhimpunan Astronomi Hindia Belanda.
Pada rapat pertama NISV, diputuskan akan dibangun sebuah observatorium di Indonesia demi memajukan Ilmu Astronomi di Hindia Belanda. Dalam rapat itulah, Karel Albert Rudolf (K.A.R.) Bosscha, seorang tuan tanah di perkebunan teh Malabar, bersedia menjadi penyandang dana utama dan berjanji akan memberikan bantuan pembelian teropong bintang. Sebagai penghargaan atas jasa K.A.R. Bosscha dalam pembangunan observatorium ini, maka nama Bosscha diabadikan sebagai nama observatorium ini.
Pembangunan observatorium ini sendiri menghabiskan waktu kurang lebih 5 tahun sejak tahun 1923 sampai dengan tahun 1928. Publikasi internasional pertama Observatorium Bosscha dilakukan pada tahun 1933. Namun kemudian observasi terpaksa dihentikan dikarenakan sedang berkecamuknya Perang Dunia II. Setelah perang usai, dilakukan renovasi besar-besaran pada observatorium ini karena kerusakan akibat perang hingga akhirnya observatorium dapat beroperasi dengan normal kembali. Kemudian pada tanggal 17 Oktober 1951, NISV menyerahkan observatorium ini kepada pemerintah RI. Setelah Institut Teknologi Bandung (ITB) berdiri pada tahun 1959, Observatorium Bosscha kemudian menjadi bagian dari ITB. Dan sejak saat itu, Bosscha difungsikan sebagai lembaga penelitian dan pendidikan formal Astronomi di Indonesia.
Selain mengemban tugasnya dalam penelitian dan pendidikan, Observatorium Bosscha melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat, baik dalam bentuk kegiatan rutin maupun kegiatan yang sifatnya insidental bergantung pada terjadinya fenomena astronomi yang menarik. Observatorium Bosscha pun membuka peluang kolaborasi dan belajar bagi mahasiswa maupun peneliti dari berbagai tempat di seluruh dunia. Peneliti dan mahasiswa dari berbagai tempat telah datang untuk melakukan pengamatan astronomi, melakukan analisis data astrofisika, belajar instrumentasi, dan lain sebagainya. Observatorium Bosscha juga menerima mahasiswa maupun peneliti yang ingin belajar topik-topik non–astronomi yang relevan, misalnya tentang sejarah, bangunan, manajemen, serta lingkungan di Observatorium Bosscha.
Tahun 2004, Observatorium Bosscha dinyatakan sebagai Benda Cagar Budaya oleh Pemerintah. Oleh karena itu, keberadaan Observatorium Bosscha dilindungi UU Nomor 2 / 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Selanjutnya, tahun 2008, Pemerintah menetapkan Observatorium Bosscha sebagai salah satu Objek Vital Nasional yang harus diamankan.

Sumber artikel : https://bosscha.itb.ac.id/

Ini tuh dulu tempat main nya Sherina sama Sadam hehe...





Backpacker Ke Jogja

Yogyakarta, Jawa Tengah || Kota ini membius

Kota Ini membius semua orang yang mampir dan menanamkan rindu untuk kembali. Perjalanan yang mengasyikan tapi juga menegangkan bagi kami. Kaum backpacker pasti paham betul bagaimana rasanya lari-lari mengejar kereta pada saat sudah mepet banget waktunya, backpacker pasti tau rasanya main dikejar-kejar waktu, kesana kemari cari tumpangan, gunta ganti mobil ojek online. hehe... Kami mengalami^_^

Bandung-Yogyakarta 15 jam perjalanan yang sangat melelahkan, dengan kereta ekonomi Rp. 88.000.- murah dan kenyamanan ? gaush ditanya haha. Sebelum melakukan perjalanan kami sudah mempersiapkan semua dengan membuat list perjalanan termasuk budget per org yang ga lebih dari 300ribuan (diluar beli oleh2 dan keperluan pribadi yah), meeting2 kecil juga kami adakan agar supaya perjalanan ini semakin ter planning (tempat favorit ku di bakmi jawa, jalan bengawan bandung). Hari H telah tiba, kereta jam 6 sore jam 5 kami masih kelabakan karna masih dikantor masing2 hhe. Tut Tut Gujes Gujes... Perjalanan dimulai... lets go girls...

*sambung nanti lg yah....


Prambanan




Tamansari


Warung boto